Pengunjung

Viewers

Powered by Blogger.

Label

Translate

Popular

Contributors

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *

Fotografer Muda harus SEHAT



Paling sebel kalo kita sedang dalam keadaan sakit. Ya toh? Nahh makanya olahraga biar sehat, sebagai fotografer yang baik, investasikan waktu anda untuk olahraga. Bersumber dari wikipedia, ternyata arti Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga secara rohani (misalkan catur: oooohhhh makanya catur kok masuk salah satu cabang olahraga). Cara menjaga kesehatan yang paling efektif ya olahraga sesuai hobi, renang, futsal, basket, jogging, nggowes. Indra Pramana, penulis freelance, punya hobi futsal dan 5 tahun lebih menjadi manager Tim STMJ. Walau tanpa gelar sekalipun, dalam 5 tahun Indra telah berhasil mengajak rekan-rekannya untuk tetap berolahraga. Sesibuk apapun, pasti ada waktu untuk olahraga. Kita harus disiplin teman. Fotografer freelance seperti Bang Edy Purnomo atau mas Lukman misal, olahraga menjadi salah satu hal yang harus dilakukan secara disiplin. Bang Edy hobi nggowes dengan Wolverine-nya serta jogging. Begitu pula dengan mas Lukman, setelah dia liputan, selalu dia sempatkan untuk bersepeda bersama anak-anaknya. Saya tahu mereka, karena pernah tinggal di rumah mereka, heheheee.
Berikut serba-serbi Kesehatan buat para Fotografer Muda:

1. sakit Gigi
Ada saja kejadian yang perlu saya ceritakan, sialnya berdasarkan pengalaman pribadi pula. Saya dan rekan Jon Aribowo sama-sama sakit gigi pas motret wedding di luar kota. Lain orang lain obat, namun nama saja sakit Gigi, tak kenal kompromi bokkk. Ya tukar-tukaran obat lumayan menahan rasa sakit. 2 hari motret dengan membawa sakit Gigi, duet lagi sakitnya ama rekan Jon. Rasa sakit gigi itu sangat berkarakter dan sangat khas.
Saudara-saudara, saya ingatkan: RAJIN-RAJIN ke dokter Gigi ya, saya tidak main-main, sakit gigi tak pandang umur bos!!!

2. sakit pinggang
Ada pula keadaan/kondisi rutin yang kita jalani sehari-hari, bertahun-tahun, membuat kita jatuh sakit. Saat kerja di Jawapos di Surabaya, saya pernah dengar cerita bahwa fotografer sport pernah di operasi punggung dan menghabiskan biaya lebih dari 100 juta. Kenapa operasi punggung? Yang jelas beban yang dibawa sang fotografer sangatlah berat. Kamera 2 body, lensa Tele, lensa standart, flash, laptop, belum barang-barang yang lain. Lha tas saya aja 1 laptop, 1 kamera, 1 lensa standart, 1 flash itu sudah 8 kg lebih, dan itu sudah berasa berat sekali, apalagi dia kan? Dan beban seberat itu dibawa setiap hari pula. Bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada kita, lak yo berat menanggung biaya 100 juta.

3. sakit Mata
Kondisi dan budaya di Indonesia pasti setiap fotografer mengedit fotonya sendiri. Mata dan pikiran fotografer sudah sangat lelah untuk memotret, masih harus ada jobdesk editing lagi. Memang minimal pilih foto dan basic edit lah. Tapi itu kan rutinitas setiap hari. Mata kita dihadapkan ke monitor tiap hari, dan setiap hari juga motret. Kapankah mata kita istirahat? Pasti hanya saat tidur. Bagi saya, mata perlu refreshing. Perlu juga sesekali diperiksakan. Dan jangan lupa pula asupan makanan yang banyak mengandung vitamin yang baik buat mata.

4. sakit perut
Bayangkan situasi berikut:
Siang hari pukul 12.00 mendadak ada assignment dari Jakarta, foto wajib dikirim ke Jakarta sebelum pukul 15.00. Hanya punya waktu 3 jam bukan. Nahh, pukul 12.30 perutmu sakit minta ampun dan tidak bisa kemana-mana. Pukul 13.00 berangkat ke lokasi assignment dengan membawa kompress perut (yang dari karet itu lho), baru 15 menit perjalanan naik motor, sudah kebelet beol. Bayangkan bagaimana wajah anda mencari toilet terdekat. Efektif pukul. 14.00 baru bisa motret di lokasi, pukul 15.00 pulang dengan membawa hasil foto seadanya. itulah pengalaman saya waktu simulasi Workshop Advance oleh bang Edy. Dan rekan-rekan workshop heran kenapa kok sampe bawa kompress perut segala. 
Masih sekitar perut, sekali lagi bayangkan situasi berikut:
Pagi pukul 07.00 WIT sudah motret persiapan Akad Nikah di Balikpapan, dan lancar. Pukul 08.00 WIT prosesi Akad Nikah berlangsung, perut sudah mulai mules. 08.20 WIT Khotbah nikah, dan "sesuatu"sudah mulai untup-untup (Bahasa indonesia dari untup2 itu apa ya??). Walhasil, tumitlah yang dipakai untuk menahan "sesuatu yang untup2" tadi, dan tidak bergerak kemana-mana. Keringat dingin meluncur deras. Hanya pengalihan isu via pikiran jalan keluar satu-satunya, yaitu amat fokus motret klien dan memikirkan yang "enak2". 09.00 acara selesai. Ambil motor langsung tancap gas cari toilet di gedung resepsi. 
Jadi: JANGAN sekali-kali meremehkan sakit perut, karena beliau datangnya tak terduga. Dan saat tak terduga itulah bencana bagi anda.
Jaga asupan makanan, kurangi makan pedas walaupun hobi. Makan yang teratur, jangan suka malas makan, bawa bekal ato bontot jika males ndak ada waktu mampir ke warung.

5. sakit Hati
Fotografer juga manusia tohhh, wajar bila pernah sakit hati. Sesakit apapun hati kita, pastikan kita tetap profesional dalam bekerja.

JADI, yang perlu kita lakukan adalah:

  1. Disiplin dan rutin olahraga.
  2. Periksakan Gigi kamu sekarang juga.
  3. Sesekali periksa mata.
  4. Menjaga pola makan dan kebersihan makanan.
  5. Minum suplemen vitamin C bila perlu.
  6. Jangan lupa makan buah untuk menambah serat.
  7. Jangan lupa banyak minum air putih.
  8. Tas kamera jangan terlalu berat bila mobilitas tinggi.
  9. Tetap semangat.
  10. 3B: berusaha+berdoa+berkaca.

Keep Calm ^^)v
Tag : tips
0 Komentar untuk "Fotografer Muda harus SEHAT"

Back To Top